Nama : Worro Yuli Sudaryati
Npm : 27211467
Kelas : 4EB24
Study :
“ Akuntansi Internasional # “
“ Peralihan Kekuatan
Ekonomi Dunia dan Emerging Market “
Peralihan Kekuatan Ekonomi Dunia
Ekonomi dunia pada tahun 2012 masih didominasi oleh
krisis eropa. Yang menyoroti masalah kondisi surat utang Negara. Surat ekspetasi
bahwa peralihan kekuatan ekonomi dunia akan muncul dari Negara-negara emerging
market. Dimana kondisi ekonomi politik akan terus berlanjut dengan adanya
peralihan dari Negara utara ke selatan, barat ke timur. Dampaknya akan
dipengaruhi dengan peralihan pengaruh dari institusi yang berpusat pada Negara ke
koalisi berdasarkan keinginan dan intuisi non pemerintah.
Masalah pertumbuhan
ekonomi yang inklusif serta penciptaan lapangan kerja yang kondusif merupakan
masalah pelik yang berhubungan dengan banyaknya pengangguran dimana menjadi
salah satu focus isu ekonomi serta politik yang dihadapi pemimpin Negara didunia.


Emerging Market
Indonesia sempat
mengalami kehancuran ekonomi yang selama ini telah dibangun melalui sendi-sendi
kebijakan orde baru mulai merangkak kembali menyusun fondasi perekonomian. International
financial corporation (IFC) mengaitkan klasifikasi bursa saham dengan
klasifikasi Negara. Jika Negara tersebut masih tergolong sebagai Negara berkembang,
maka pasar di Negara tersebut juga dalam tahap berkembang, meskipun bursa
sahamnya berfungsi penuh dan diatur secara baik.
Pasar modal berkembang
dapat diidentifikasi melalui suatu Negara, apakah Negara tersebut merupakan Negara
maju atau tergolong Negara berkembang. . Indikatornya adalah pendapatan perkapita
dari suatu negara, Namun karakteristik yang paling mencolok adalah dilihat
nilai kapitalisasi pasarnya yaitu banyaknya perusahaan yang tercatat, kumulatif
volume perdagangan, keketatan peraturan pasar modal, hingga kecanggihan dan
kultur investor domestiknya.
Konsekuensi pasar modal berkembang adalah nilai kapitalisasi
pasarnya yang kecil. Ukuran suatu kapitalisasi pasar biasanya dilihat dari
rasio perbandingan dengan nilai produk domestik bruto suatu negara. Selain itu
konsekuensi lainnya adalah terdapatnya volume transaksi perdagangan yang tipis
(thin trading) yang disebabkan oleh ketidaksingkronan perdagangan
(non-syncronous trading) di pasar. Perdagangan yang tidak singkron disebabkan
oleh banyaknya sekuritas yang teracatat tidak seluruhnya diperdagangkan,
artinya terdapat beberapa waktu tertentu dimana suatu sekuritas tidak terjadi
transaksi (Hartono, 2003).
Indonesia yang sampai saat ini masih tercatat di IFC masih sebagai negara berkembang dengan iklim investasi terburuk di regional Asia Timur. Walaupun dengan catatan seperti itu, pada kenyataannya kita masih dilirik oleh investor asing. Kenyataannya bahwa terdapat perusahaan-perusahaan nasional dengan notabene berada di sektor strategis negara, ditawar oleh beberapa institusi asing melalui akuisisi saham. Terdapatnya aliran dana masuk sebagai investasi yang pada umumnya merupakan penanaman modal asing seharusnya bisa menjadi pendongkrak perekonomian secara makro.
Indonesia yang sampai saat ini masih tercatat di IFC masih sebagai negara berkembang dengan iklim investasi terburuk di regional Asia Timur. Walaupun dengan catatan seperti itu, pada kenyataannya kita masih dilirik oleh investor asing. Kenyataannya bahwa terdapat perusahaan-perusahaan nasional dengan notabene berada di sektor strategis negara, ditawar oleh beberapa institusi asing melalui akuisisi saham. Terdapatnya aliran dana masuk sebagai investasi yang pada umumnya merupakan penanaman modal asing seharusnya bisa menjadi pendongkrak perekonomian secara makro.

